Gaji Guru Wiyata Bhakti Sangat Tidak Layak

Salah satu hal yang patut kita soroti bersama adalah rendahnya gaji guru wiyata yang mengabdi pada sekolah atau lembaga pendidikan di masyarakat. Meski di beberapa sekolah / madrasah ada yang mendapatkan gaji cukup pantas, namun 99,99 % gaji guru wiyata saat ini belum menggembirakan. Problem rendahnya gaji guru wiyata bhakti tak hanya pantas untuk dikupas habis habisan ,namun juga perlu segera dicarikan solusinya agar mereka yang telah lama mengabdi memiliki kehidupan yang lebih sejahtera.

Dengan beban mengajar dan beban tugas yang tak jauh beda dengan guru guru PNS maka guru wiyata pada hakekatnya punya kedudukan yang sama dengan guru guru pemerintah. Mereka punya hak yang sama untuk menikmati kehidupan yang sejahtera, terlebih lagi dengan tuntutan hidup yang makin berat dan meningkatnya harga harga yang cenderung tak terkendali.

Sebagai bahan renungan mari kita ambil salah satu contoh gaji guru wiyata bhakti yang berjuang di madrasah swasta di sebuah desa yang agak jauh dari kota. Berdasarkan pengakuan jujurnya setiap bulan guru wiyata tadi mendapatkan gaji 150rb/bulan dengan lama mengabdi sudah lebih dari 7 tahun. Tiap tahun pemerintah juga memberikan tunjangan fungsional yang diberikan setiap setengah tahun sekali , besarnya kurang lebih 250rb/bulan. Kalau kita gabung maka gaji guru tadi adalah 400rb/bulan.

Ia menunaikan tugas sebagaimana yang dijalankan oleh guru guru dengan status PNS, bahkan rata rata guru wiyata lebih bertanggung jawab dan punya rasa memiliki yang cukup tinggi terhadap lembaga pendidikannya. Andai guru wiyata tadi tak punya pekerjaan sampingan diluar sekolah maka praktis penghasilan yang ia peroleh adalah 400rb/bulan. Sekarang dengan penghasilan sebesar itu ia dituntut untuk bisa menjalankan tugasnya dengan baik, mencerdaskan peserta didik dan lain sebagainya.

Bahkan di beberapa wilayah ada guru wiyata yang gajinya lebih rendah dari itu, bahkan sempat ada sebuah kisah nyata dimana guru wiyata hanya dibayar 25 - 50rb/bulan, atau kalau kita hitung tidak sampai Rp.2000,00/hari. Sungguh sangat tragis dan tidak manusiawi, sebab dengan jumlah uang sebesar itu mereka tak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.

Membiarkan nasib guru wiyata bakti dengan gaji kecil sama saja telah memperbudak mereka lahir dan batin. Ikhlas dalam bekerja memang penting, namun bukan berarti memanfaatkan kelemahan yang dimiliki oleh guru guru wiyata bakti. Bahkan kadang ketika ada sebuah bantuan atau tunjangan selalu ada embel embel materai dan surat perjanjian jika yang bersangkutan tidak akan menuntut untuk dijadikan sebagai pegawai negeri sipil. Seolah olah tuntutan untuk menjadi PNS menjadi hal yang menakutkan bagi pemerintah. Padahal kita tahu guru wiyata bakti punya hak penuh untuk meminta tanggung jawab pemerintah agar kehidupan mereka lebih sejahtera.

Kita berharap semoga ke depan nasib guru guru wiyata bhakti, yang telah ikhlas berjuang mencerdaskan kehidupan bangsa akan semakin baik, semoga semua pengendali kekuasaan di negeri ini bisa membayangkan suka dukanya seorang guru wiyata yang tak pernah lelah dalam berjuang. Jika mereka tak pernah tersentuh hatinya dan tak pernah bisa menghargai tetes demi tetes keringat guru guru wiyata bhakti maka jangan harap bangsa dan negara ini bisa mencapai kemajuan dan keunggulan dimasa yang akan datang.

Hanya dengan menempatkan guru pada tempat yang terhormat maka bangsa dan negara akan kembali meraih martabatnya dan kembali mencapai kejayaan sebagaimana yang kini telah dicapai oleh negara negara maju seperti Jepang, Cina, Korea Selatan, Singapura, dan Malaysia.